Ahad, April 27, 2008

Kelahiran Yang Dinanti, Akhirnya...


6 bulan- Panjang janin sekitar 10 inchi. Mata sudah terbentuk lengkap dan bintik-bintik pengecap timbul pada lidah. Janin mampu bernafas dan menangis lemah, seandainya kelahiran berlangsung premature.-Kertas Kerja Genetik dan Perkembangannya, Penyusun Dr Liza bagi PROGRAM PASCASARJANA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI CIREBON 2007.

25.April 2008, Jumaat

Saya memulakan ziarah pesakit di wad 3. Pagi itu tiada pesakit wanita di laporkan menghuni wad 2. Kebiasaannya lawatan ke wad 1(wad bersalin) setelah saya menyudahkan lawatan ke wad 2 dan 3. Agak perlu saya mendahulukan wad 2 dan 3 memandangkan kondisi pesakitnya perlu solat dalam apa keadaan sekalipun, manakala ibu bersalin permasalahan mereka tertumpu pada masalah mandi wiladah dan mandi nifas. Pagi itu ketika saya sedang bertanya khabar kak Noridah yang mengalamai kebocoran di buah pinggang sehingga menyebabkan tubuhnya sembab berair datang seorang SN meminta saya segera ke wad 1. "Ustazah, sister Shima minta ustazah turun sekarang. Seorang pesakit keguguran anak berusia 6 bulan. Dia menangis tak berhenti-henti." Saya mohon izin beredar segera dari kak Noridah.

Menuruni tangga staff, saya masuk ke bilik open baded. Saya melihat sister Shima membalutkan si kecil dnegan kain batik jawa berwarna hijau dengan corak lukis dari warna coklat dan merah pinang. Si ibu menangis. Sister Shima meninggalkan saya bersama ibu muda itu. Saya menyalami dan mengucup kedua belah pipinya. Air matanya tidak tertahan-tahan. Saya bertanya khabar dan perkembangan ibu itu. Sekitar enam minit suaminya datang bersama anak kecil mereka, ibu mertua dan adik ipar ibu muda tadi. Suaminya membuka balutan kain batik si kecil. Saya terpempan! Comelnya bayi enam bulan dalam kandungan. Kedudukan tangan dalam keadaan qiyam dan mata kecil itu tertutup rapat. Ibu itu terus menangis...ibu mertuanya menangis, adik iparnya menangis. Si suami mengangkat bayi itu berhati-hati, bayi yang sudah tidak bernyawa. Urusan pengebumian bayi segera si suami uruskan.

Ibu muda itu terus menangis. Saya katakan kepadanya, "Akak, ada orang bayinya sudah cukup bulan pergi tinggalkan ibunya berpantang sendirian, ada orang bayinya sudah pandai tersenyum dan tergelak riang pergi meninggalkan ibunya." Suara saya tertahan-tahan. Sebak tiba-tiba terbit. "Siapa?" Tanya si ibu dalam sendu. "Ma saya." Kami sama-sama menangis. "Adik saya Nadia, pergi setelah menginap rahim ibu sejak tujuh bulan. Ahmad Ismail pergi setelah dilahirkan 8 hari. Saya pernah merasai kehilangan, saya faham perasaan akak saat ini" Saya menyambung. "Sebelum ini akak mengalami dua kali keguguran, tapi inilah bayi yang paling lama di rahim akak. Bayi sebelum ini sekadar 6-7 minggu."

"Akak, lepaskan dia pergi. Redhailah dia. Akak seperti bayi setelah bersalinkan bayi itu. Suci dari dosa, bahkan si bayi pasti dijanji Allah syurga yang abadi." Saya memujuknya. "Betulkah?" Ibu itu mengenggam tangan saya. "Ya, betul." Saya teruskan sesi komunikasi bagi melegakan ibu itu. Biar dia merasa bahagia melepaskan insan yang paling disayangi. Biar dia merasakan kekuasaan Allah dan Qudrah-Nya tiada siapa layak tandingi. Biar dia beriman sepenuhnya kepada qadha dan qadar yang sudah tertulis sejak azali. Kerana itu juga janji yang telah dimeterai oleh si bayi dengan dengan Maha Pencipta. Sesaat saya terkenangkan mama...menghadapi kehilangan sepasang cahaya hati...Nadia dan Ismail, moga kalian berdua tenang di sana! Ameen Ya Rabb!

Ahad, April 20, 2008

Antara Dua


Pada 4 April yang lepas saya menghadiri temuduga bagi jawatan kosong di KBMC. Dalam kekalutan menjelang peperiksaan penghujung semester kedua serta beberapa program penulisan anjuran Forum Lingkar Pena Malaysia telah memaksa saya menerima kejutan apabila saya lulus di dalam temuduga dan dihubungi pada 5 April supaya hadir melapor diri pada 7 April di Wisma KBMC. Secepat ini?! Saya celaru beberapa bentar. Bagaimana harus saya urusi beberapa kelas yang berbaki dan peperiksaan yang makin hampir? Kepada Abah, Ma dan adik-adik adalah insan pertama yang saya majukan berita gembira ini.

Lapor diri di KBMC pada hari Isnin. Penerangan yang ditil oleh Ketua Unit Sumber Manusia, Pn. Norzihan Hashim. Saya sungguh tak menyangka, Hospital swasta ini sangat islamik sehingga kod dan etika pakaian staff berlandaskan syara', bahkan kehadiran usrah dan tazkirah Sabtu dikira melalui sistem mata merit de merit. Ketidakhadiran tanpa alasan kukuh akan menyebabkan staff dipotong elaun!!! Bukan itu sahaja, bagi staff yang tidak boleh menguasai pembacaan al-Quran mereka akan dibimbing mengenal huruf dan mengeja menggunakan sistem Qira'ati secara percuma...saya belum pernah temui tempat kerja yang menawarkan input material dunaiwi dan ukhrawi sekali gus. Pakej yang tidak terdapat di mana-mana! WAllah!

Apa bidang saya? Saya diamanahkan sebagai Pegawai Hal Ehwal Khas yang lebih akrab dengan pesakit dengan memberi khidmat nasihat terutama mengenai cara menunaikan kewajipan ibadah ketika sakit. Pesakit akan dibantu dan dibimbing bagaimana menunaikan ibadah dengan sempurna tanpa menyusahkan mengikut kadar kemampuan pesakit tersebut. Saya sangat teruja dan gembira dengan tugas baru yang sangat mencabar. Aneka ragam pesakit yang saya temui. Ada yang manja dan sangat mesra, bahkan senang sekali jika saya menawarkan bantuan untuk mengajarnya solat ketika sakit. Ada juga yang enggan. Pun, saya tidak memaksa. Khidmat ini adalah tanggungjawab sesama muslim. Jika diperlukan saya sedia dan berlapang dada membantu. Jika tidak, moga-moga kesakitan itu bisa mendekatkan mereka kepada Pencipta.

Apapun peperiksaan semakin hampir. Terima kasih buat Prof. Madya Dr Anisah Abd. Ghani yang telah meminjamkan saya disertasi berkaitan ibadah solat bagi pesakit, teman-teman kelas Perbandingan Feqh yang banyak membantu:- Syakirah Abd Kadir, Ust Abu Hisyam, Ust Arman, Ust Husni Zaim, Ust Fauzi dan Ust Hudy Hidayat. Tanpa kalian saya pasti kelelahan berkejar-kejaran antara kerjaya dan pelajaran.

Rabu, April 02, 2008

Jemputan Seminar Penulisan Bersama Asma Nadia-saudara serahim Helvy Tiana Rosa



Telah kutinggalkan cemburu

di sudut kamar gelap

telah kuhanyutkan duka
pada sungai kecil yang mengalir dari mataku
telah kukabarkan lewat angin gerimis
tentang segala catatan hati
yang terhampar di tiap jengkal sajadah
dalam tahajud dan sujud panjangku


(Catatan Hati Seorang Istri, Asma Nadia)






Setiap diri memiliki cerita. Cerita pedih, cerita sedih, cerita gembira. Semua cerita yang dapat dibagi untuk diambil hikmahnya.


Tetapi bagaimanakah cerita itu dapat disampaikan dalam bentuk tulisan yang dapat dinikmati orang lain?


Temukan kiat-kiatnya dalam acara yang dipersembahkan oleh
PPI-UM bersama dengan FLP (Forum Lingkar Pena) Malaysia:




CATATAN HATI SEORANG ISTRI
Menuangkan Pengalaman ke dalam Bentuk Tulisan

bersama

ASMA NADIA
(penulis profesional, co-founder FLP dan
CEO Lingkar Pena Publishing House)




Hari/Tanggal : Sabtu/5 April 2008

Waktu : 10.00-13.00

Tempat : Auditorium IPS Blok B Tingkat I

Tentang Asma Nadia

Asma Nadia adalah penulis profesional yang telah banyak menghasilkan karya dengan banyak penghargaan. Ia juga turut membidani lahirnya Forum Lingkar Pena, sebuah perkumpulan untuk membantu penulis-penulis muda, dan menjadi CEO di Lingkar Pena Publishing House. Selain menulis, Asma sering diminta untuk memberi materi dalam berbagai loka karya yang berkaitan dengan penulisan serta keperempuanan.

Tentang Catatan Hati Seorang Istri

Catatan Hati Seorang Istri adalah catatan kisah-kisah kekuatan para perempuan yang disampaikan kembali oleh Asma Nadia. Adalah juga rekaman perjalanan Asma Nadia sebagai seorang istri dan ibu dari dua orang anak. Adalah juga dialog hati, pertanyaan dan ketidakmengertianny a tentang isi kepala laki-laki. Sebuah buku yang tidak hanya perlu dibaca oleh kaum wanita tetapi juga oleh kaum pria.
Karya Asma Nadia ini dicetak ulang hanya dalam tempo dua minggu dan menjadi best seller.
Komentar pembaca

Tak ada yang bisa menebak ke dalam hati seorang wanita. Dan buku yang ditulis dengan penuh penjiwaan ini akan membuat anda mengerti, mengapa wanita bisa tampil begitu kuat di balik segala kelemah-lembutannya . Karena dia adalah malaikat pelindung bagi hati-hati kecil yang dititipkan Allah padanya. Two thumbs up! (Monica Omardi)
Dalam buku ini Asma Nadia bukan sekadar bercerita tentang perasaan dan tragedi perempuan, namun juga menyampaikan hal-hal yang tak kita sangka dan lebih aneh dari fiksi secara sangat menyentuh (Helvy Tiana Rosa)
The condition under which some Indonesian women are put, as described by Asma Nadia, are really harsh and I felt pain. I was also deeply moved by the writer's warm heart for the female characters in the stories, as well as her deliberate attitude to deal with the subjects.
This is hope, in my opinion. We are human beings before we are artists, before we are men or women, before are Asians. In the other words, we are Asians in the sense that we start from our own reality and we are women in the sense that we will not shut our eyes from the pain around us. (Oh So Yeon, Korean novelist)


Selasa, April 01, 2008

Penghujung Semester...


Saya selalu menggunakan perkhidmatan teksi sejak akhir-akhir ini. Kalau menaiki bas, mahu atau tidak saya harus mendaki PASUM sehingga sampai ke perhentian bas yang berdekatan Dewan Tunku Cancelor. Saya sanggup mengikat perut demi melunaskan bayaran teksi yang menggunakan meter. Itu pengorbanan kecil jika dibandingkan ujian ketika menghabiskan pengajian peringkat sarjana muda. Oleh kerana selalu-selalu menggunakan teksi, saya sudah dapat mengecam dan mengenal 'pak cik-pak cik' teksi yang garang, tidak berkira, haluan dacing, kaki penipu, bahkan ada teksi yang 'berkebajikan'.

Geli hati kadang-kadang, melihat gelagat pak cik-pak cik teksi yang berubah sikap usai PRU12. Ada yang memuji golongan muda dari aliran BN yang sanggup keluar memacak bendera dan poster bahkan menganggap kekalahan adalah adat dan memang sepatutnya kalah disebabkan isu dewan besar yang dibina sekitar Bukit Angkasa. Ada juga yang seronok mengambil saya dan kawan-kawan kerana kami tidak berjalan dengan syaitan(baca:berjalan dengan pasangan). Pun saya merasakan PRU12 adalah rahmat yang telah membuka mata bagi yang buta, memberi pendengarn bagi yang tuli dan pekak.

Pernah satu ketika saya pulang dari Mid Valley, menaiki teksi seorang pemandu India. Pak cik yang berbangsa India itu bercerita perihal HINDRAF dan nasib orang India di Malaysia. Pada saya pak cik ini positif terhadap isu tersebut. Walaupun di hujung bicara dia masih ingin mempertahankan hak orang India di Malaysia sama dengan hak orang Melayu. Malah dia sempat 'menilik' saya mengikut amalan orang Hindu. Apa yang ditilik itu rahsia, dengar boleh, percaya tidak! Bukan itu sahaja, dia malah menasihati saya seperti anaknya supaya saya lekas-lekas menghabiskan pengajian dan berbakti kepada keluarga. Terperanjat saya, rupa-rupanya pak cik India ini semacam kaunselor bagi adik-adik 'undergrade' yang pernah menjadi penumpangnya. Malah masalah peribadi juga dikongsi dengan pak cik ini.

Sabtu lepas saya ingin ke Pekeliling, berjumpa Ayeim yang akan berkursus selama dua hari tiga malam di PERMATA. Berbetulan Abah, Ma, Ayiem dan GG baru pulang dari Kelantan-kampung abah jadi mama sempat mengirimkan ole-ole buat saya. Dari UM saya, Jannah dan Wan menaiki teksi seorang pak cik. "Pak cik, maaflah. Kami tahan di depan sana walaupun kami tahu di situ tak boleh berhenti. Kami tahan sebagai isyarat saja." Wan berbahasa dengan pak cik itu sebelum dimarah. "Tak apa. Tadi ada pasangan yang tahan pak cik, pak cik cakap pak cik nak ambil kalian bertiga. Lagi pun pak cik tak nak ambil syaitan." Jawab pak cik teksi selamba. Saya dan Jannah dibelakang saling berpandangan. Syaitan???

"Kalian tak baca kitab ke? Bila dah jalan berdua-duaan, berpegangan tangan, bukankah berjalan dgn syaitan tu???" Saya berbisik pada Jannah, "Bukan tak baca kitab, tapi terkejut sebab pak cik teksi ini lebih faham dari pensyarah kita!". "Ini teksi negara berkebajikan, pak cik tak ambil penumpang macam tu. Kalau pak cik tak ambil mereka pun, Allah tetap bagi pak cik rezeki, ramai lagi yang nak naik teksi pak cik ni. Kita hidup di dunia tak lama, yang lama kita nak duduk di alam akhirat. Pak cik pun nak bidadari yang cantik-cantik, tak payah pakai minyak wangi, minyak rambut." Kah,kah,kah...Ketawa pak cik meledak. Saya, Jannah dan Wan tumpang gelakkan gelagat pak cik yang membawa isu serius tapi dalam jenaka. Sampai di pintu gerbang UM, pak cik membelok perlahan..."Ha, tengok macam mereka ni, pak cik tak nak ambil, terpegang sana, terpegang sini. Berjalan dengan syaitanlah tu namanya, pak cik tak ingin bersubahat." Kami bertiga menoleh melihat pasangan dua sejoli berjalan kaki berpimpinan tangan. Si teruna memakai Cap dan si dara memakai baju t-shirt 'nangka'. "Akak! Lelaki itu budak KISAS!" Wan menjerit. Saya dan Jannah melongo..."KISAS???"