Khamis, Mac 18, 2010

Kasih Saya Tertuang di Dalam Sukma Si Mungil Wafa'



Pada ketinggian 26,000 kaki, saya melihat awan-gemawan bagai bulu biri-biri putih yang dipintal menjadi hamparan. Di atas hamparan putih bersih itu, saya melihat anakanda saya Wafa' sedang mengukir senyum dan girang bermain. Comel sekali Wafa' menyarung gaun smooking di dada berwarna merah jambu. Pantang diagah dan diacah...Wafa' pasti tersenyum dan terburai tawa manjanya. Saya masih teringat dakapan hangat Wafa' ketika kantuk mula mengucup matanya berhias bulu lebat yang melentik. Dirangkul leher saya dekat sekali dengan dadanya. Jantung kami berdegup seri, senada. 

 

Saya begitu hiba meninggalkan Wafa' di Lapangan Terbang Sultan Ismail Petra, Kota Bharu. Ya, saya menangis. Menangis ketika merangkulnya dalam dakapan saya, menangis seusai melepasi Balai Berlepas, masih menangis ketika menunggu giliran penerbangan. Beberapa 'pose' istimewa Wafa' akan menjadi penawar saya di kala 'sakit' merindukan sosok mungil yang comel itu. Wafa', betapa khalah mencintaimu nak. Butir mata Wafa' yang cerlang bak bintang timur membuatkan saya tidak sabar bangun pagi...tapi, hari ini saya bangkit berbumbungkan langit KL, bukan lagi langit KB yang memayungi kami selama tiga hari.




Sampai di KL Central...mata saya yang lesu itu sempat memaut gaun kecil dan comel. Gaun itu seperti pernah singgah dan bergentayangan di depan mata ketika saya terapung pada ketinggian 26,000 kaki. Gaun itu seakan pernah dikenakan Wafa' dalam angan saya dicelah awan-awan yang berbusa dan beralun besar. Saya melihat tanda harga, mengelih gaun merah jambu sambil membelek wang dicelah-celah kertas (baca: sampah) yang memenuhi purse compartment.

Wafa', khalah akan datang lagi menjengukmu, nak! Akan datang!

Tiada ulasan: